
SUARA GEMILANG NUSANTARA
SAROLANGUN – Rumah Dinas Wakil Bupati Sarolangun, Kamis (19/6), menjadi saksi atas sebuah gerakan penting yang menggemakan perlawanan terhadap kekerasan seksual dan dominasi patriarki. Acara bertajuk “Tubuh Perempuan Bukan Wilayah Publik: Kekerasan Seksual dan Politik Tubuh” digelar oleh komunitas Lubuk Puan, dipimpin oleh Novita Sari, S.S., Gr., dan diwakili oleh Larissa Uci, dengan menggandeng berbagai elemen strategis.
Acara ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga aksi nyata melalui kegiatan donor darah gratis dan skrining kesehatan bagi masyarakat, sebagai bentuk kepedulian sosial dan solidaritas kemanusiaan.
Hadir langsung dalam acara ini, Wakil Bupati Sarolangun Gerry Trisatwika, S.E., Kapolres Sarolangun AKBP Budi Prasetya, S.I.K., M.Si., Ibu Dr. Farida, S.Ag., M.Ag., Kabid Pemberdayaan Perempuan DP3A Sarolangun, serta perwakilan dari 15 Organisasi Kepemudaan (OKP) yang ada di Sarolangun.
Lubuk Puan merupakan komunitas akar rumput yang lahir dari keresahan mendalam atas ketimpangan gender di Provinsi Jambi. Dalam tekanan budaya patriarki yang masih kuat mencengkeram, Lubuk Puan hadir sebagai ruang aman dan perlawanan, memperjuangkan kesetaraan gender, keadilan sosial, serta perlindungan terhadap kelompok marginal.
“Kekerasan seksual adalah fenomena gunung es yang tak bisa terus didiamkan. Data meningkat, namun banyak kasus masih tersembunyi di balik stigma dan ketakutan,” ujar Larissa Uci dalam sambutannya.
Komunitas ini juga menjadi mitra strategis Siloam Hospitals Jambi dan merupakan salah satu jaringan perpanjangan dari Komnas Perempuan di wilayah Jambi. Dalam diskusi koordinatif tersebut, para peserta diajak untuk membangun sinergi antara pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, dan aparat penegak hukum dalam merespons serta mencegah kekerasan seksual secara sistemik.
Acara yang berlangsung dari pukul 15.00 hingga 17.30 WIB ini diharapkan menjadi titik balik bagi Kabupaten Sarolangun dalam memperkuat sistem perlindungan korban serta membongkar akar struktural kekerasan berbasis gender.
Dengan menggandeng institusi negara dan organisasi masyarakat, Lubuk Puan membuktikan bahwa perjuangan melawan kekerasan seksual tidak bisa dilakukan sendiri. Dibutuhkan keberanian, solidaritas, dan kesadaran kolektif untuk menyatakan satu hal: tubuh perempuan bukan wilayah publik.
(Taupiq)